-->
HARLAH KE-2 Kampus Kaderisasi: Mentalitas & Identitas Kampus
HARLAH KE-2 Kampus Kaderisasi: Mentalitas & Identitas Kampus

HARLAH KE-2 Kampus Kaderisasi: Mentalitas & Identitas Kampus

Selamat hari jadi kampus tercinta, kampus kaderisasi dan kiblat baru peradaban bangsa.

Tepat 10 Maret kemarin  UNU Yogyakarta genap berusia 2 tahun. Sebagaimana kampus pada umumnya, kampus yang mempunyai tagline Kampus Kaderisasi juga merayakan hari jadinya. Mulai dari dialog dengan Rektorat sampai pada sholawat dan pengajian yang diisi oleh tokoh terkemuka di lingkungan daerah Yogyakarta. Dengan segenap doa dan harapan dari seluruh mahasiswa dan civitas akademika kampus melebur menjadi spiritual perjalanan UNU kedepan.

Genap dua tahun kampus kaderisasi berada dalam putaran persaingan perguruan tinggi yang semakin yang ketat. Baik persaingan sesama kampus hijau atau dengan kampus secara nasional. Persaingan yang dimaksud tentu dalam hal prestasi dan karya yang bisa dihasilkan oleh mahasiswa melalui proses pendidikan dari perguruang tinggi. Barangkali salah diantaranya yang menjadi acuan adalah sistem pengajaran, metode mengkader, hingga regulasi aktif-solutif yang muaranya pada output mahasiswa berjiwa entrepeneur dan berwatak cindekiawan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan segala perekembangan yang masih start up perjalanan kampus masih belum jauh dari kata ideal. Regulasi, pelayananan dan sistem yang ada juga menuai keambiguan sekaligus kebingungan di kalangan mahasiswa. Bisa berenterpreneur, lancar mengaji dan ahli dibidang teknologi Informasi merupakan orientasi soft skill yang ingin dicapai kedepan. Namun disaat yang bersamaan tidak sedikit mahasiswa yang belum paham terhadap pengajaran  sistem blok yang diperlakukan. Dalam keadaan yang disadari atau tidak peristiwa tersebut dialami oleh warga mahasiswa kampus.

Disamping itu semua, cita-cita dan gagasan atasan kampus yang sangat visioner hingga para  pemangku kebijkan belum mampu menginterpretasikan pada aksinyata lalu kemudian menjadi momok tersendiri. Patut diakui bahwa latar belakang pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap cari berfikir, berperilaku atau menerima suatu informasi apalagi dalam hal pengambilan keputusan. Selanjutnya mahasiwa yang menuntut ilmu di kampus ini perlu diberikan jiwa spiritual yang sangat intens agar rasa kepemilikan kepada kampus bisa terwujud. Sehingga mereka mendapatkan suatu proses yang baik dan bukan hanya sekedar uji coba.

Dengan beberapa yang telah diutarakan diatas, maka perlu kiranya civitas akademik dan pimpinan kampus bisa segera membenahi, evaluasi apa yang telah terjadi dan dialami di lapangan hingga pada perencanaan kedepan. Melakukan sosialisasi sistem, metode pembelajaran sampai pada regulasi. Misalnya pelayanan akademik, pembelajaran sistem blok dan lainnya. Selain itu juga perlu melakukan pendampingan yang intens kepada mahasiswa organisatoris atau aktivis kampus, hingga orientasi softskill mahasiswa: mengaji, entrepreneur, teknologi informasi dirasa perlu dilakukan.

Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pencarian identitas kampus kedepan. Sebab, ketika perguruan tinggi menemukan identitasnya maka semuanya akan lebih mudah. Ibarat kata seorang anak yang ketika punya nama lebih gampang mengigat sifat dan karakter anak tersebut dibanding anak yang tidak mempunyai nama. Hal ini dapat dimanifestasikan pada kultur dan iklin di lingkungan kampus. Terutama kultur yang muaranya pada pengkaderan mahasiswa agar bisa berperan aktif, berkontribusi dan khidmat pada bangsa dan negara.
*Syaiful
Mahasiswa Akuntansi yang kesehariannya
dihabiskan di organisasi sosial masyarakat.

Baca juga: