Menurut ahli pedagogik dari Belanda, Langeveld, mengemukakan bahwa pengertian pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Mendidik dan pendidikan mempunyai keterkaitan yang sangat penting untuk mencapai tujuan kecerdasan masyarakat bangsa indonesia.Dalam hal ini, pendidikan merupakan suatu upaya yang membantu anak-anak pedesaan, maupun perkotaan pandai dalam membaca atau menghitung, karena awal dalam suatu pembelajaran pasti dimulai dari belajar membaca juga menghitung, maka dari itu pendidikan di indonesia saat ini harus benar-benar teliti dalam memberikan pelajaran atau mendidik suatu siswanya, agar mereka tumbuh dan besar yang memiliki pemikiran cerdas juga mampu bersikap sopan dalam menggunakan ilmunya.
Oleh karena itu pendidik juga harus mampu menjadi figur yang baik bagi siswanya baik itu akhlak, materi pembelajaran serta sikap, sebab seorang siswa melakukan hal yang tidak di inginkan karena terjadinya contoh yang kurang baik dari pendidik. Hal itu adalah suatu masalah yang sering terjadi dalam dunia pendidikan. Maka dari itu indonesia yang merdeka untuk mencerdaskan bangsa harus benar-benar berusaha agar semuanya terlahir dengan tujuan awal yang telah di sampaikan.
Bukankah dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 telah di sampaikan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan “ bukan hanya menjadi hak negara tetapi, juga kewajiban negara. Selain itu, mengenai biaya pendidikan tercantum pula di UUD 1945 melalui pasal 31 ayat 2 yang berbunyi “bahkan mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan dasar”.
Namun, sejauh ini saya melihat indonesia dalam pengembangan pendidikannya masih belum memberikan haknya kepada masyarakat, sebab masih banyak masyarakat yang belum merasakan nikmatnya
pendidikan dikarenakan mahalnya biaya untuk menempuh pendidikan, sesuai data yang saya dapatkan biaya pendidikan pada TA 2020/2021 yakni untuk menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) para orang tua harus mengularkan biaya sebesar Rp3,24 juta, dan untuk SMP sederajat membutuhkan sebesar Rp5,59, setelah itu mereka juga harus menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA) yang angka biayanya lebih tinggi dari sebelumnya yakni sebesar Rp7,8 juta, ini adalah salah satu faktor masyarakat tidak bisa bersekolah dan mendapatkan haknya secara layak, pemerintah harus mempunyai terobosan-terobosan baru dalam menghadapi hal tersebut jika ingin kembali terhadap tujuan merdekanya bangsa ini, oeh karena itu menteri pendidikan harus benar-benar membentuk merdeka belajar, bagaimana mereka benar-benar paham akan apa yang di pelajari di kelas. sebenarnya masalah biaya pendidikan tersebut bukan hanya sekarang yang terjadi, tetapi kemaren bapak Ganjar Pranowo dalam videonya mendapatkan sekolah dasar yang tiap bulan harus bayar pajak, lantas bagaimana pemerintah dalam menyikapi hal tersebut? .
Seyogyanya kalau dipahami lebih luas lagi kebutuhan masyarakat tidak hanya pada sektor ekonomi, tetapi dalam dunia pendidikan mereka juga membutuhkan, dan yang paling di utamakan, kita melihat banyak orang-orang yang tidak berpendidikan gelisah dengan adanya hal tersebut dan berpikir bahwa, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan secara puas jika biaya sudah mulai tak terkendalikan. Pemerintah seharusnya juga berpikir panjang jika ingin menaikkan biaya sekolah saat ini, sudahkah masyarakat bisa mendapatkan pendidikan yang layak juga fasilitas pembelajaran yang baik jika biaya pertahunnya terus melunjak naik? Untuk kalangan yang mampu itu tidak menjadi masalah bagi dirinya, tapi kalau dikalangan yang pendapatan ekonominya dibawah rata-rata perharinya, justru itu akan menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif tentang pendidikan " buat apa sekolah sih kalau misalkan ujung-ujungnya bekerja pula".
Jadi pemerintah harus mampu memberikan fasilitas pendidikan kepada
masyarakat, seperti menstabilkan kembali biaya dan menyamakan dengan standar ekonomi rakyat yang terpencil, dan juga harus mempunyai ke kreatifan serta hal-hal menarik yang membuat masyarakat indonesia keluar dari pemikiran seperti itu.
Kalau melihat dari kinerja pemerintah, mereka hanya sibuk pada hal-hal yang tidak terlalu penting menurut saya, salah satunya adalah pemindahan IKN, yang mana peluangnya bagi bangsa ini hanya sedikit dibandingkan kecerdasan masyarakatnya, sampai-sampai mereka lupa akan masyarakat yang terlantar karena tidak mendapatkan pendidikan hingga mereka mengemis-ngemis, tetapi tidak di dengarkan.
Maka dari itu, salah satu upaya pemerintah dalam hal ini, harus memberikan haknya kepada masyarakat yang membutuhkan agar mereka tidak ada dalam suatu kerugian yang akan membuat menyesal, sebab itu sangat penting bagi kecerdasan bangsa ini guna mewujudkan segala harapan-harapan bangsa, kalau misalkan mereka tertindas dalam segi pendidikan lantas pemerintah akan meminta saran dan bantuan kepada siapa kalau tidak kepada orang-orang yang berpendidikan, mau minta ke negara lain? Sungguh sangat di sayangkan dan akan malah menambah beban terhadap bangsa ini.
Masalah ini adalah PR berat bagi pemerintah khususnya menteri pendidikan yang masih belum melakukan upaya-upaya untuk keluar dari keterbelengguan masyarakat saat ini. Ada 2 PR bagi pemerintah dan juga menteri pendidikan saat ini, yaitu, pertama, harus menstabilkan kembali biaya pendidikan sesuai dengan pendapatan masyarakat, kedua adalah mengeluarkan masyarakat dari pemikiran-pemikiran negatif tentang pendidikan, dan hal ini harus segera dituntaskan secepatnya agar indonesia tidak menambah angka kebodohan dan pengangguran pada tahun ini. Sebab jika mereka tidak sekolah, otomatis mereka akan menjadi pengangguran yang tak mempunyai kegiatan.
Mengutip dari perkataan bung Rocky Gerung, “ sistem pendidikan kita ingin
menghindri ketajaman argumentasi seolah-olah menganggap kalau tajam argumentasi itu tidak sopan” benar seperti apa yang telah dikatakan oleh Rocky Gerung bahwa bangsa kita seolah-olah ingin menjauh dari yang namanya kritik, karena bangsa kita lebih membutuhkan orang-orang bodoh yang diam ketika ada permasalahan. Ya. Disitulah kelemahan dari sistem pendidikan kita, seakan-akan pendidikan kita hanya menjadi perbincangan dan budak saja, sedangkan kebutuhan pemerintah lebih di utamakan dari pada kepentingan masyarakat yang menjerit kelaparan dan menangis tidak bisa sekolah serta memiliki pengetahuan yang luas seperti yang orang lain rasakan.
Lantas apa yang harus di rubah dalam pemerintahan? Sebenarnya mengaca pada realita yang ada pemerintah menteri pendidikan harus merubah mindsetnya, bagaimana dia harus lebih peduli lagi terhadap masyarakat, serta memberikan fasilitas yang memadai sesuai apa yang masyarakat butuhkan. Tetapi kita kan sudah punya sekolah buat belajar, apa yang masih kurang? Ya benar kita sudah punya tempat, tetapi kita masih belum melihat, gimana pemerintah memberikan keringanan atas biaya sekolah yang akan di tempuh, karena akar masalah negara kita adalah di sektor pendidikannya mahal.
Kualitas pendidikan kita hanya memperoleh skor 46,4 dari 100, dan berada pada peringkat ke 70 global, peringkat 10 dari 14 negara dan rendah dimata dunia. Rata-rata IQ penduduk negara kita hanya 78,49. Sedangkan IQ tergantung pada kualitas pendidikan, jika pendidikannya baik maka kualitas IQ penduduk negara kita akan ikut membaik pula.
Tidak lain salah satu sebab utamanya adalah angka kemiskinan yang semakin meningkat. Maka dari itu negara kita harus benar-benar kembali memulihkan standart ekonomi penduduk jika sistem pendidikan kita ingin bagus dan setidaknya berada di urutan 5 dari berbagai negara. Dan juga pemerintah perlu memberikan sarana dan prasarana yang baik dan cuckup bagi sekolah-sekolah yang sudah ada, karena jika tempat belajar sudah lengkap, maka akan menjadi pemicu semangat bagi siswa yang ingin
belajar, tapi tidak dengan mereka yang tidak kurang mampu membayar biaya pendidikan.
Pada akhir tulisan ini saya akan mengatakan bahwa sistem pendidikan kita masih belum 100% menjadi salah satu lumbung kecerdasan bangsa, buktinya banyak orang-orang diluar sana yang menjadi babu dan tidak mempunyai pengetahuan sehingga mereka kebingungan untuk memberikan kehidupan pada dirinya sendiri.
Penulis | Wail Arrifqi | Editor | Ibrahim