-->
Organisasi Vs Magang, kamu di tim yang mana?
Organisasi Vs Magang, kamu di tim yang mana?

Organisasi Vs Magang, kamu di tim yang mana?

Belakangan ramai diskusi tentang organisasi Mahasiswa yang sepi peminat, daya tarik menurun dan artikel sejenis lainnya yang menulis tentang organsasi Mahasiswa (selanjutnya dibaca Ormawa) sudah tidak relevan lagi. Berbagai perspektif mereka utarakan seperti asumsi 'saat ini sudah bukan seperti zaman pasca reformasi'. Ormawa sebagai kumpulan yang harus diikuti karena keagungan idealisme yang dimilikinya. Sikap pragmatisme mahasiswa saat ini jauh berbeda dengan orde baru. Sehingga ini pula yang dinilai menjadi faktor pemicu 'organisasi mahasiswa sudah tidak dapat memberikan kesan menarik'.

Stereotip dan perspektif seperti inilah yang menjadi salah satu faktor keengganan mahasiswa untuk mengikuti sebuah organisasi atau setidaknya semakin kendor. Sebenarnya keadaan dan kondisi seperti ini bisa kita uji secara ilmiah. Dari mana data penilaian ini muncul? Sekalipun hanya sebatas diskusi dari warung kopi ke limasan kampus. Tetapi bukti nyata di lapangan sudah ada, coba ditanya seberapa organisatoris kamu? 

Barangkali  jawabannya, "Ah organisasi mah sudah gak laku". Bagi kalian yang ingin pembuktian lebih lanjut cobalah stalking story WhatApps temanmu. Kapan dia terpantau pamer kegiatan organisasinya. Jika mereka sering nongkrong di pantai atau di bioskop bisa jadi mereka  adalah bagian dari mahasiswa yang masih bingung memaknai aktivitas sebuah organisasi di dalam pendidikan tinggi. (Baca juga: Syaiful/kompasiana).

Pendidikan saat ini sudah tidak seperti metode tradisional zaman dulu. Prof. Paulo dalam bukunya “Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan” menjelaskan bahwa pendidikan adalah pembentukan pola pikir dinamis tidak sekedar mengentaskan kebodohan melainkan dapat menganalisis serta berempati pada lingkungan serta mampu bertanya. Ya, dia ingin mengatakan bahwa pendidikan mestinya bisa tercipta critical thingking. 

Kemudian saat ini tujuan pendidikan barangkali bukan sekedar seperti dikatakan Paulo Freire di atas tetapi lebih realistis lagi, berpendidikan agar bisa menjadi orang kaya. Financial Freedom! Dulu sebelum kuliah motivasi kita kebanyakan ingin jadi orang sukses, punya pekerjaan mapan dan pensiun dengan nyaman. 

Maka tidak heran jika sesampainya di kampus mereka memilih tempat proses mana yang bisa mendekatkan pada motivasi utama dia masuk perguruan tinggi. Kerja, atau mendapat penghasilan mapan dan masa tua terjamin. 

Oh satu fakta lagi bahwa angka tenaga kerja produktif tidak sebanding dengan lowongan kerja yang ada. Kita semua phobia dengan istilah “nganggur”.

Dulu saya kuliah tertarik untuk mengikuti organisasi kampus dan luar kampus. Bahkan Hal ini juga karena ada dorongan dari senior, bahwa organisasi itu penting dalam menjalin relasi membangun skill dan berelasi antar mahasiswa sampai tingkat nasional. 

Sempat berada pada fase menjadikan organisasi sebagai tangga karir mulai berposes tingkat kampus sampai nasional. Selain itu, romantisme sejarah pasca reformasi juga tidak luput dari alasan berorganisasi. Kalian pernah lihat seseorang orasi depan kampus di bawah terik matahari. Nada bergelegar yang diumpamakan dengan intonasi orasi Bung Tomo kala membakar semangat juang para veteran dari podium. Itu hal yang istimewa beberapa tahun silam.  Entahlah sekarang hilang kemana keistimewaan itu.

Magang adalah Level Proses Selanjutnya

Setiap zaman ada trendnya masing-masing. Bagi saya kata itulah yang tepat untuk memaknai program magang kampus merdeka dan sejenisnya sekarang ini. Program ini secara eksklusif diberikan langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek). Semua mahasiswa berkesempatan untuk magang di perusahaan atau institusi yang diminati. Program ini dinilai dapat membuka cakrawala mahasiswa di dunia kerja secara langsung. Hasil dari kegiatan magang ini mahasiswa dapat sertifikat sekaligus bisa menukar dengan Kredit Rencana Studi (KRS). Kabar baiknya jika terpilih dia bisa dipanggil kerja di tempat dia magang ketika lulus, benefit yang luar biasa bukan.

Feedback menarik yang diberikan tentu membuat semuanya tertarik ingin segara magang. Kondisi semacam ini tentu membuat mereka ingin sekali lekas bergabung. Tetapi apa yang mereka sudah persiapkan untuk magang. Apakah cukup dengan nilai IPK tiga koma sekian atau ada persyaratan lain semisal sikap disiplin dan kemampuan komunikasi. Mahasiswa magang biasanya diajarkan sesuatu sesuai dengan jurusannya tentu yang ditugaskan hanya tugas ringan yang bisa dikerjakan. Seperti input data, buat presentasi dan memfotocopy berkas. Sebutlah semuanya bisa dilakukan asal ditugaskan oleh penanggungjawab di tempat dia magang. 

Beberapa tahun lalu saya bekerja di salah satu instansi yang menerima mahasiswa magang. Sebagai karyawan yang juga ditugasi untuk mementori mereka saya cukup mengetahui proporsi jobdesk apa yang bisa diberikan kepadanya. Input data, membuat presentasi project dan kerjaan teknis lainnya. Itu hal yang sudah lumarah. Terkadang tidak semua mahasiswa yang siap untuk diberikan challenge. Keadaan justru terbalik jika di tempat magang mereka ingin belajar bukan mengimplementasikan teori yang diperolehnya di dalam kelas. Tentu yang dilihat oleh instansi bukan sekedar kemampuan teori keilmuannya melainkan karakter, kerjasama tim, cara berkomunikasi dan problem solving.

Kamu Tim yang Mana..?

Terus bagaimana pilih organisasi atau magang aja. Bagi saya yang sudah mengalami masa itu menyarankan untuk ikut keduanya dengan mempunyai goals yang jelas. Ikut organisasi atau magang sebenarnya itu pertanyaan yang sia-sia. Kedua aktivitas tersebut sama-sma memiliki impact positif. Organisasi dan magang bisa dinalogikan dengan seorang anak yang ingin mengikuti perlombaan. Belajar dan berlatih mestinya dilakukan di rumah atau sekolah sedang di arena (magang) saatnya menampilkan kemampuan hasil dari latihannya. 

Seyogiyanya orgnisasi dan magang menjadi dua kegiatan yang saling terintegrasi dan menguntungkan untuk mendukung pengembangan proses mahasiswa di kampus. Mindsetnya perlu dirubah agar mendapatkan lebih banyak manfaat. Jadikan organsasi sebagai tempat untuk berlatih, bereksperimen dan membangun mental kompetisi. Buatlah jenjang karir organisasi yang jelas kemudian aplikasinya dikembangkan pada saat magang. Organisasi kampus pada masa ini mestinya juga sudah mulai beradaptasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan pengembangan diri mahasiswa. Bagaimanapun organisasi sepanjang waktu tetap dibutuhkan untuk menelurkan pemimpin yang mampu menjawab berbagai tantangan di tempat dia magang.


Syaiful Syabab, Alumnus UNU Yogyakarta 2021, Presma periode pertama 2017-2018. Berprofesi sebagai Blogger dan penikmat sate klatak.





Baca juga: