Sebagai mukadimah
tulisan yang bukan lagi berita ini, memang karena sudah tidak ada lagi kekecewaan dan kegelisahan mahasiswa
tentang BEM untuk dijadikan berita (saking garingnya), dan mungkin para
mahasiswa itu sudah bosan dengan pemakluman yang ribuan kali terucap dari
kemahasiswaan. Membahas BEM sudah seperti mencari taripang di sungai, walaupun
di air, mustahil didapat. Sudah berapa kali konsolidasi?
Pada pembukaan
bulan juni tepatnnya tanggal satu bulan lalu, para ketua ormawa diundang oleh
kemahasiswaan untuk mendiskusikan masa depan ormawa hingga BEM dan katanya siap
mendengarkan keluh kesah mereka. Di ruang yang tertutup, dengan kekuatan AC
yang mungkin akan mengalahkan hawa dingin di pegunungan es Rusia, kepanasan
kritis mahasiswa pun ikut mendingin. Kesabaran seorang pemimpin memang perlu
untuk seorang pemegang jabatan kemahasiswaan, itu karena ia lebih sering
bertemu para mahasiswa dengan batu pertanyaan yang sewaktu-waktu dapat mengenainya
sebelum menembus batas rektor di suatu kampus. Tapi apakah kesabaran berarti
mendiamkan segala hal? Menyembunyikan aspirasi yang seharusnya ia jawab dan
penuhi? Semestinya seperti itu?
Dari pertemuan
tersebut, menghasilkan antara kesepakatan atau janji (lagi) untuk mengadakan
pelantikan ormawa pada 26 Juni yang segera tiba dengan akad meski tanpa
kehadiran rektor (karena rektor yang super sibuk demi mahasiswa dan kampusnya).
Para tetua itu senang dan gembira, saking gembiranya sampai ada yang ingin
terbang dari atas gedung lantai tiga itu, ia sempat lupa ia bukanlah burung
yang dengan sayapnya bisa menggapai keinginan tanpa melalui kemahasiswaan lagi.
“Ah, engga asyik!” apa iya harus ke rektor langsung?
Bulan juni itu
pergi membawa sisa harinya ke entah berantah. Lalu bulan juli selain tahun lalu
itu datang menghampiri para ketua oramawa yang saling bertanya-tanya, maklumat
dan janji apa lagi yang akan dibawa oleh kemahasiswaan atau asistennya kalau
itu diajukan di grup garing itu? “Entahlah, coba aja,” kata salah satu dari
mereka setelah menyeruput kopi pahitnya. Banyak ormawa yang sudah melantik diri
sendiri tanpa lembaran bernama SK, mereka sudah lelah dengan 26 juni itu. Lagi
pula, program kerja bisa berjalan tanpa lembaran-lembaran itu. Itu hanya
formalitas dari kampus agar dikatakan “Oh ada kehidupan untuk kreativitas para
mahasiswa di sini.” Namun pernyataan itu tidak diterima oleh salah satu
temannya, sebab ia dekat dengan civitas kampus itu, ia tahu bagaimana mereka.
Tuuth tuuth, bunyi
balasan di Whatsapp group. “Mohon maaf mas, masih ada UKM yang belum mengajukan
perpanjangan, kami tunggu minggu ini, jika tidak mengajukan maka SK tidak akan
dikeluarkan untuk UKM tersebut,” dari Kemahasiswaan. Beberapa mahasiswa terlihat
mewajarkan atas balasan itu dengan tanggapan balik melenyut di kata-kata.
Owalah, sialan juni kemarin memang tidak sempat membuatkan antisipasi tentang
itu. Memang benar AC itu sudah mendinginkan sekujur tubuh dan pikiran sampai
tidak menggapai jauh ke depan.
AC itu tidak
seperti di kelas-kelas, ia tidak biasa. Ia sudah disetting dari malam, kalau
itu lebih awal sejam pasti kritis para ketua ormawa itu hilang lebih dulu di
depan pintu ruangannya. Tapi, apa iya? Selemah itu mahasiswa sekarang? Kalau
itu benar, tidak bukan lagi, itu salah satu alasan hilal BEM belum terukyat!!
Penulis | Ibnu Ismail
Editor & Desain | Abdullah